Senin, 04 November 2024

Mengenal Candi Singosari: Pusaka Abadi dari Tanah Jawa


              Sumber:Pinterest

Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini berdiri megah di kaki Gunung Arjuno, menyuguhkan pemandangan indah di sekitar kompleksnya yang masih terjaga. Dengan arsitektur yang unik, Candi Singosari memadukan gaya Hindu dan Buddha, mencerminkan percampuran kepercayaan yang berkembang di Jawa pada abad ke-13. Di bagian depan kompleks candi, pengunjung akan disambut oleh dua patung Dwarapala besar—patung penjaga berbentuk raksasa yang menjadi salah satu ciri khas paling ikonik di situs ini.

Pendirian Candi Singosari juga menandai akhir dari era Singosari dan awal transisi ke Kerajaan Majapahit. Setelah Raja Kertanegara gugur dalam serangan yang dipimpin oleh Jayakatwang, Singhasari mengalami keruntuhan. Momen ini kemudian menjadi awal lahirnya Majapahit di bawah kepemimpinan Raden Wijaya, yang kelak melanjutkan cita-cita penyatuan Nusantara yang telah dirintis oleh Kertanegara. Maka, Candi Singosari bukan sekadar peninggalan arsitektur, tetapi juga simbol peralihan kekuasaan dan masa transisi antara dua kerajaan besar di tanah Jawa.

Selain aspek sejarahnya, Candi Singosari juga memiliki keunikan arsitektur dan seni. Relief dan ukiran di dinding-dinding candi mencerminkan kehidupan masyarakat dan kepercayaan pada masa itu, serta menunjukkan keterampilan seni pahat yang tinggi dari para seniman Singhasari. Kombinasi unsur Hindu dan Buddha dalam struktur dan ornamen candi memberikan wawasan tentang toleransi dan akulturasi budaya di era kerajaan kuno di Indonesia.

SEJARAH CANDI SINGOSARI 
Candi Singosari dibangun pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singhasari, yang memerintah sekitar tahun 1268 hingga 1292 M. Pendirian candi ini erat kaitannya dengan pemujaan terhadap raja yang telah wafat, terutama bagi seorang pemimpin besar seperti Kertanegara. Dalam tradisi Hindu-Buddha yang dianut Singhasari, candi sering dibangun sebagai tempat pemujaan atau pendharmaan bagi seorang raja setelah meninggal. Candi ini diyakini menjadi tempat untuk mengenang dan memuliakan arwah Kertanegara, sekaligus menandai kekuatan serta kejayaan Singosari yang telah mencapai puncak pada masa pemerintahannya.

Kertanegara dikenal sebagai seorang raja yang ambisius, berani, dan memiliki visi besar untuk menyatukan wilayah Nusantara. Salah satu bukti ambisinya adalah pelaksanaan Ekspedisi Pamalayu, sebuah misi diplomatik dan militer yang dikirim ke Sumatra untuk memperkuat pengaruh Singhasari di luar Jawa. Ekspedisi ini dimaksudkan untuk menegaskan kekuasaan Singosari terhadap Sriwijaya dan menyiapkan kekuatan guna menghadapi ancaman dari Mongol, yang pada saat itu telah menguasai wilayah-wilayah di Asia. Keberhasilan ekspedisi ini mencerminkan tekad Kertanegara untuk mengukuhkan Singhasari sebagai kerajaan besar yang dihormati di Nusantara.

Namun, masa kejayaan Singosari tidak berlangsung lama. Pada tahun 1292, ketika Kertanegara disibukkan dengan upaya memperluas pengaruhnya, datang serangan dari Jayakatwang, penguasa Kediri yang memberontak terhadap kekuasaan Singhasari. Serangan ini berhasil menewaskan Kertanegara dan menandai runtuhnya Kerajaan Singosari. Peristiwa ini pun mengakhiri dinasti yang telah didirikan oleh Ken Arok, leluhur Kertanegara, dan menjadi momen penting yang membuka jalan bagi kelahiran Kerajaan Majapahit, yang didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara.

Pendirian Candi Singosari tidak hanya dimaksudkan sebagai penghormatan kepada Kertanegara, tetapi juga memiliki makna historis sebagai simbol peralihan kekuasaan. Saat ini, Candi Singosari berdiri sebagai saksi dari era keemasan Singhasari dan peralihan menuju masa Majapahit, merefleksikan kisah kepahlawanan dan tragedi politik yang mewarnai sejarah Nusantara.

              Sumber:Pinterest            

ARSITEKTUR DAN STRUKTUR CANDI SINGOSARI
Arsitektur Candi Singosari memiliki bentuk yang khas dan menunjukkan perpaduan gaya Hindu dan Buddha, yang mencerminkan keyakinan yang dianut Kerajaan Singhasari. Candi ini memiliki bentuk persegi panjang dengan tinggi sekitar 15 meter, berdiri di atas kaki candi setinggi kurang lebih 2 meter. Bangunan utamanya berbentuk seperti menara bertingkat, yang semakin menyempit ke bagian atas. Struktur ini terdiri dari tiga bagian utama: kaki candi, tubuh candi, dan atap candi, di mana tiap-tiap bagiannya dipenuhi dengan detail ornamen dan relief yang mencerminkan keterampilan seni pahat pada masa itu. Di bagian atap candi, terdapat beberapa ukiran khas yang menyerupai stupa-stupa kecil, yang merupakan ciri dari pengaruh Buddha.

Di sekitar kompleks Candi Singosari, terdapat patung Dwarapala, patung penjaga berbentuk raksasa dengan wajah yang cukup menyeramkan, ditempatkan di depan gerbang utama. Dua patung Dwarapala ini dikenal sebagai yang terbesar di Indonesia, masing-masing dengan tinggi sekitar 3,7 meter. Patung ini menggambarkan sosok penjaga berwajah sangar dengan dada besar, yang dipercaya sebagai pelindung area suci di sekitar candi dari pengaruh buruk. Keberadaan patung Dwarapala ini menambah kesan megah dan kokoh pada kompleks Candi Singosari, sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Di bagian tubuh candi, terdapat relung-relung atau ceruk kecil yang seharusnya menampung arca-arca dewa Hindu, meski beberapa arca kini sudah hilang atau dipindahkan untuk konservasi. Salah satu arca yang terkenal dari Candi Singosari adalah arca Siwa Mahadewa, yang dulunya dipuja di dalam candi sebagai bentuk penghormatan terhadap dewa tertinggi dalam agama Hindu. Selain itu, terdapat juga relief-relief yang menggambarkan cerita-cerita keagamaan serta aspek kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu, seperti tanaman, hewan, dan makhluk mitologi. Ornamen-ornamen ini memperlihatkan akulturasi budaya dan pengaruh seni India yang dibawa oleh agama Hindu-Buddha.

Di bagian tubuh candi, terdapat relung-relung atau ceruk kecil yang seharusnya menampung arca-arca dewa Hindu, meski beberapa arca kini sudah hilang atau dipindahkan untuk konservasi. Salah satu arca yang terkenal dari Candi Singosari adalah arca Siwa Mahadewa, yang dulunya dipuja di dalam candi sebagai bentuk penghormatan terhadap dewa tertinggi dalam agama Hindu. Selain itu, terdapat juga relief-relief yang menggambarkan cerita-cerita keagamaan serta aspek kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu, seperti tanaman, hewan, dan makhluk mitologi. Ornamen-ornamen ini memperlihatkan akulturasi budaya dan pengaruh seni India yang dibawa oleh agama Hindu-Buddha.

Secara keseluruhan, tata letak Candi Singosari dirancang dengan tingkat simetri yang tinggi dan memperhatikan detail ornamen yang rumit, mencerminkan pandangan masyarakat Jawa kuno terhadap keteraturan alam dan spiritualitas. Desain ini tidak hanya menekankan pada estetika, tetapi juga menggambarkan hubungan antara manusia dan dunia spiritual, di mana candi menjadi simbol dari “gunung suci” yang menghubungkan alam manusia dengan alam para dewa.

MAKNA DAN SIMBOLISME 
Candi Singosari menyimpan makna spiritual dan keagamaan yang mendalam, terutama melalui relief dan patung yang menghiasi kompleksnya. Sebagai tempat pendharmaan Raja Kertanegara, candi ini tidak hanya menjadi bangunan fisik, tetapi juga medium spiritual yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia para dewa. Relief-relief di Candi Singosari menggambarkan cerita-cerita dari ajaran Hindu dan Buddha yang dianggap suci, melambangkan panduan hidup dan nilai-nilai keutamaan. Ornamen-ornamen ini mencerminkan konsep-konsep keagamaan yang menghargai keseimbangan, keharmonisan, serta kehidupan yang selaras dengan alam dan hukum kosmis.

Salah satu simbol utama yang terlihat di Candi Singosari adalah arca Siwa Mahadewa yang pernah ditempatkan di relung utama candi. Sebagai dewa tertinggi dalam ajaran Hindu, Siwa melambangkan kekuatan penciptaan, pemeliharaan, dan perusakan dalam siklus kosmis kehidupan. Kehadiran arca Siwa di Candi Singosari menunjukkan bahwa Kertanegara, sebagai raja, dianggap mencapai status suci yang mendekati atau bahkan menyatu dengan Siwa setelah wafatnya. Dalam perspektif ini, candi menjadi lambang dari keagungan spiritual raja, dan sekaligus perwujudan filosofi Hindu tentang siklus kelahiran, kematian, dan reinkarnasi.

Secara simbolik, Candi Singosari juga mewakili konsep "Gunung Kosmik" atau Meru dalam kosmologi Hindu-Buddha, yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Bentuk candi yang menyerupai menara bertingkat dengan ornamen stupa di bagian atas menunjukkan simbolisme ini. Filosofi ini mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai pencerahan spiritual melalui tahapan-tahapan kehidupan yang berkelanjutan, hingga akhirnya mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi. Candi menjadi perwujudan perjalanan spiritual yang dilalui manusia dari dunia fana menuju dunia keabadian.

Dalam keseluruhan tata ruang dan desain arsitektur, Candi Singosari juga mencerminkan prinsip-prinsip harmoni antara alam dan manusia. Relief-relief yang menggambarkan flora, fauna, dan elemen-elemen kehidupan lain di sekitarnya menggambarkan kepercayaan masyarakat pada harmoni antara alam dan dunia manusia, serta keselarasan dengan hukum kosmis. Filosofi yang terpancar dari Candi Singosari adalah bahwa kehidupan manusia adalah bagian dari siklus alam semesta yang lebih besar, di mana manusia, alam, dan dunia spiritual saling terhubung dan memengaruhi satu sama lain.

PENEMUAN DAN PENELITIAN ARKEOLOGI
Penemuan kembali Candi Singosari bermula pada masa kolonial Belanda ketika para peneliti dan arkeolog dari lembaga arkeologi Hindia Belanda (Oudheidkundige Dienst) mulai tertarik menggali peninggalan-peninggalan sejarah di Jawa. Pada abad ke-19, para peneliti Belanda menemukan reruntuhan Candi Singosari di Desa Candirenggo, Malang. Bangunan candi ditemukan dalam kondisi yang sebagian besar rusak dan tertimbun tanah, sementara beberapa bagian candi dan patung-patungnya terpisah dari tempat aslinya. Penemuan ini segera menjadi perhatian arkeolog dan sejarawan, karena Candi Singosari diyakini memiliki hubungan dengan Kerajaan Singhasari, salah satu kerajaan besar dalam sejarah Indonesia.

Upaya pemugaran Candi Singosari dimulai pada awal abad ke-20 dengan tujuan untuk memperbaiki struktur bangunan yang telah mengalami kerusakan. Beberapa tahap pemugaran dilakukan, termasuk pada masa pemerintahan kolonial Belanda dan kemudian dilanjutkan setelah Indonesia merdeka. Pemugaran ini bertujuan untuk mengembalikan bentuk asli candi, membersihkan area dari reruntuhan, dan menata kembali patung serta relief yang rusak atau hilang. Melalui pemugaran ini, struktur utama candi berhasil dipertahankan, meskipun beberapa bagian tetap hilang atau rusak, memberikan kesempatan bagi generasi selanjutnya untuk menyaksikan peninggalan sejarah dari masa kejayaan Singasari.

Penelitian arkeologi di Candi Singosari terus dilakukan untuk memperdalam pemahaman mengenai sejarah dan budaya pada masa Singhasari. Selain bangunan utama candi, penelitian juga menemukan beberapa arca penting di area sekitarnya, seperti arca Durga Mahisasuramardini dan arca Ganesha yang ditemukan dalam posisi rusak atau terpisah. Penemuan-penemuan ini memberikan petunjuk tentang keberadaan dan pemujaan terhadap dewa-dewi Hindu, khususnya yang berkaitan dengan kepercayaan Siwaisme yang dianut pada masa itu. Patung-patung dewa Hindu ini menjadi bukti bahwa candi-candi Singasari dibangun sebagai pusat pemujaan Hindu yang memperlihatkan pengaruh besar ajaran tersebut dalam struktur kerajaan.

Salah satu temuan paling menarik di sekitar Candi Singosari adalah patung Dwarapala yang berukuran sangat besar dan masih berdiri kokoh hingga saat ini. Patung penjaga ini ditemukan dalam kondisi baik, dan ukurannya yang monumental menunjukkan pentingnya peran candi dan kompleks ini dalam budaya masyarakat Singhasari. Temuan Dwarapala ini, yang dianggap sebagai penjaga gerbang candi, menambah nilai historis dan simbolis situs tersebut, mengingatkan kita pada kepercayaan masyarakat akan perlindungan dari kekuatan jahat di tempat-tempat suci.

Berdasarkan hasil penelitian arkeologi, Candi Singosari dan peninggalan lainnya di sekitarnya memberi gambaran tentang kehidupan, spiritualitas, dan kebudayaan masyarakat Singhasari. Dari tata letak candi, ukiran, hingga patung-patung dewa, semuanya menunjukkan pentingnya candi sebagai pusat keagamaan dan sebagai simbol kekuatan politik. Studi terhadap situs ini terus memberikan wawasan yang berharga tentang periode sejarah tersebut, memperlihatkan bahwa Kerajaan Singhasari tidak hanya memiliki kekuatan militer yang besar, tetapi juga kekayaan budaya dan religius yang luar biasa.

             Sumber:Pinterest

KEUNIKAN CANDI SINGOSARI
Candi Singosari memiliki sejumlah keunikan yang membedakannya dari candi-candi lain di Indonesia, khususnya dari periode Hindu-Buddha. Salah satu ciri khas yang paling mencolok adalah keberadaan patung Dwarapala, sepasang patung penjaga raksasa yang berdiri di depan gerbang utama kompleks candi. Patung-patung ini merupakan yang terbesar di Indonesia, dengan tinggi masing-masing sekitar 3,7 meter dan beratnya diperkirakan mencapai puluhan ton. Patung Dwarapala ini memiliki ekspresi wajah yang garang dan memegang gada besar, menciptakan kesan perlindungan kuat bagi area suci di dalam kompleks. Ukuran patung ini luar biasa jika dibandingkan dengan patung penjaga di candi lain, menjadikannya simbol kekuatan dan keagungan dari situs ini, sekaligus daya tarik unik yang membuat Candi Singosari terkenal.

Selain patung Dwarapala, Candi Singosari juga menampilkan perpaduan arsitektur Hindu dan Buddha yang jarang ditemui di candi lain. Meskipun didominasi oleh simbol-simbol Hindu, seperti arca Siwa Mahadewa dan Durga Mahisasuramardini, candi ini juga memiliki elemen stupa kecil di atapnya, yang merupakan pengaruh dari ajaran Buddha. Penggabungan unsur Hindu dan Buddha ini mencerminkan toleransi dan sinkretisme keagamaan di era Singhasari, khususnya pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Kertanegara dikenal memiliki pandangan progresif tentang agama dan kebudayaan, dan ia berusaha mempersatukan berbagai aliran keagamaan sebagai bagian dari visinya untuk membangun kerajaan yang kuat dan stabil.

Pengaruh budaya lokal terlihat dalam bentuk dan ornamen candi yang berbeda dengan gaya klasik India, terutama dalam motif-motif relief yang menggambarkan flora dan fauna lokal. Ukiran ini tidak hanya memperlihatkan keindahan alam Nusantara, tetapi juga mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa kuno yang menghormati alam sebagai bagian dari kehidupan spiritual. Selain itu, relief di Candi Singosari juga menggambarkan sosok-sosok mistis, makhluk mitologi lokal, serta motif hiasan geometris yang berbeda dari tradisi India, menunjukkan bahwa masyarakat Singhasari memiliki tradisi seni ukir yang kuat dan orisinal.

Di sisi lain, beberapa elemen arsitektur Candi Singosari memperlihatkan pengaruh dari budaya India, terutama dalam figur-figur dewa Hindu seperti Siwa, Ganesha, dan Durga. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun budaya India menjadi sumber inspirasi, masyarakat Jawa telah mengadaptasinya sesuai dengan pandangan dan nilai-nilai lokal. Dengan kata lain, pengaruh asing tidak diterima begitu saja, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan kepercayaan masyarakat setempat. Tata ruang candi yang simetris serta penekanan pada pusat suci sebagai poros spiritual juga merupakan aspek yang dipengaruhi oleh konsep "mandala" dari India, yang diterjemahkan dalam bentuk fisik sebagai tempat suci di mana manusia dapat terhubung dengan alam spiritual.

Selain itu, Candi Singosari memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata. Keunikan arsitekturnya, termasuk patung Dwarapala yang sangat besar, dan perpaduan pengaruh Hindu-Buddha menjadikan candi ini sebagai daya tarik yang istimewa bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keberadaan Candi Singosari yang sudah dikenal luas dapat meningkatkan perekonomian lokal dan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata budaya dan sejarah di Asia Tenggara. Melalui pelestarian, Candi Singosari dapat terus dijadikan aset yang memberi manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat.

             Sumber:Pinterest

PENTINGNYA PELESTARIAN CANDI SINGOSARI
Candi Singosari merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat penting untuk dilestarikan karena nilai sejarah, budaya, dan pariwisata yang terkandung di dalamnya. Dari sudut pandang sejarah, Candi Singosari adalah saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Singhasari, khususnya pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Candi ini tidak hanya memiliki makna sebagai situs pemujaan dan penghormatan terhadap raja yang telah wafat, tetapi juga menjadi simbol dari toleransi dan akulturasi budaya Hindu dan Buddha yang berkembang pada masa itu. Dengan melestarikan Candi Singosari, kita menjaga kesinambungan sejarah dan membantu generasi mendatang untuk memahami lebih dalam tentang identitas bangsa dan perkembangan budaya di Indonesia.

Selain itu, Candi Singosari memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata. Keunikan arsitekturnya, termasuk patung Dwarapala yang sangat besar, dan perpaduan pengaruh Hindu-Buddha menjadikan candi ini sebagai daya tarik yang istimewa bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keberadaan Candi Singosari yang sudah dikenal luas dapat meningkatkan perekonomian lokal dan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata budaya dan sejarah di Asia Tenggara. Melalui pelestarian, Candi Singosari dapat terus dijadikan aset yang memberi manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat.

Untuk merawat dan melestarikan Candi Singosari, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Badan Pelestarian Cagar Budaya, telah melakukan berbagai langkah. Salah satunya adalah pemugaran rutin untuk memperbaiki struktur bangunan yang mengalami kerusakan akibat usia dan cuaca. Pemugaran ini juga bertujuan untuk menjaga agar relief, patung, dan ornamen lainnya tetap terlindungi dari kerusakan lebih lanjut. Selain itu, pemerintah telah memasang tanda informasi dan rambu-rambu untuk membantu wisatawan memahami sejarah candi dan menjaga ketertiban selama kunjungan.

Di samping upaya dari pemerintah, masyarakat setempat juga terlibat aktif dalam merawat Candi Singosari. Misalnya, ada kelompok masyarakat yang dibentuk untuk mengawasi dan menjaga kebersihan serta keamanan di sekitar situs, sehingga pengunjung dapat menikmati kunjungan mereka dengan nyaman tanpa mengganggu situs itu sendiri. Kesadaran masyarakat dalam menghormati dan melestarikan situs ini terus ditingkatkan melalui sosialisasi dan program pendidikan, termasuk kegiatan wisata edukatif yang melibatkan sekolah-sekolah di wilayah Malang. Hal ini membantu menciptakan rasa memiliki terhadap situs sejarah ini, sehingga pelestarian tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga komunitas lokal.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, Candi Singosari dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya dan sejarah yang berharga, sekaligus menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi bagi masyarakat modern.

Candi Singosari adalah salah satu peninggalan bersejarah yang mencerminkan kejayaan dan budaya Kerajaan Singhasari pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Candi ini memiliki nilai yang luar biasa sebagai simbol spiritual dan arsitektur yang memadukan ajaran Hindu-Buddha serta pengaruh budaya lokal. Dengan patung Dwarapala raksasa, relief, dan arca-arca dewa yang menyertainya, Candi Singosari tidak hanya menjadi saksi bisu dari era keemasan Singhasari tetapi juga menyimpan nilai-nilai filosofis tentang harmoni, kekuatan, dan toleransi.

Menjaga Candi Singosari adalah bentuk penghormatan kita terhadap sejarah dan budaya Indonesia yang kaya. Melalui pelestarian situs ini, kita dapat terus mewariskan pengetahuan dan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang. Mari kita bersama-sama menghargai dan merawat warisan budaya ini, agar keindahannya tetap lestari dan dapat terus menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bangsa. Kunjungi dan pelajari lebih dalam tentang Candi Singosari, serta jadilah bagian dari upaya menjaga harta berharga ini bagi masa depan.

1 komentar:

Candi Sewu: Warisan Buddha yang Menakjubkan di Yogyakarta

               Sumber: Pinterest Candi Sewu adalah salah satu situs bersejarah yang terletak di kawasan Prambanan, Yogyakarta, t...